Rabu, 24 Agustus 2011

Perbedaan Arsitektur Modern, Late Modern, Dan Post


Perbedaan
No
Modern
Late Modern
Post Modern
IDEOLOGICAL
1
Suatu gaya Internasional atau tanpa gaya
Gaya yang disengaja
Gaya dengan dua makna
2
berupa khayalan
pragmatis
bersifat umum, bebeda-beda
3
bentuk tertentu, fungsional
Longgar
bentuk semiotic
4
Zeitgeit
Late Kapitalis
Tradisi dan pilihan
5
Seniman sebagai nabi
Seniman yang tertekan
Elitis dan partisipatif
6
Elitis untuk setiap manusia
Elitis Profesional
Satu per Saturday
7
Bersifat menyeluruh, luas meliputi banyak hal
Bersifat menyeluruh
Arsitek sebagai wakil dan aktifis
8
Arsitek sebagai juru selamat
Arsitek memberikan pelayanan


STYLISTIC
1
Bersifat lurus kearah depan
Super sensual, teknologi yang cekatan, teknologi tinggi
Ekspresi campuran
2
Sederhana
Kesederhanaan yang kompleks, mereferensikan 2 arti
Kerumitan
3
Ruang isotropic typical(Chicago Frame, Domino)
Ruang isotropic ekstrim, berlebihan, mutlak
Ruang yang berubah-ubah dengan kejutan
4
Bentuk Abstrak
Bentuk-bentuk pahatan,ukiran, hiper-bola, bentuk membingungkan
Konvensional dan bentuk abstrak
5
Mempertahankan kemurnian
pengulangan yang ekstrim, mempertahankan kemurnian
Pencampuran dari berbagai sumber
6
Bentuk kotak yang tidak jelas
Artikulasi Ekstrim
Articulasi semiotic
7
Estetika mesin, logika, sirkulasi, mekanikal, teknologi, struktur
Estetika mesin kedua, logika ekstrim, sirkulasi, mekanikal, teknologi dan struktur
Bermacam-macam estetika yang berubah-ubah, berdasarkan keadaan, pengungkapan isi dan kelayakan semantic terhadap fungsi
8
Anti ornamen
Struktur dan konstruksi sebagai ornamen
Pro organic, pemakaian ornamen
9
Anti penggambaran
menampilkan logika, sirkulasi, mekanikal, teknologi dan struktur, pergerakan yang dibekukan
Pro penggambaran
10
Anti histories
Anti methapor
Pro methapor
11
Anti humor
Anti histories
Pro referensi histories
12
Anti symbol
Tidak bermaksud humor, penggunaan yang tidak tepat
Pro humor
13

tidak bermaksud simbolik
Simbolik

DESIGN IDEAS
1
Kota ditaman
Monumen ditaman
Keadaan kota dan perbaikan
2
Pemisahan fungsi
Fungsi di dalam bangsal
pencampuran fungsi
3
Kulit dan Tulang
kulit licin, terlihat basah, distorsi
Arti yang langsung dimengerti
4
Volume bukan massa
Pengurangan, grid-grid elips, irasional grid
Ruang yang tidak simetris, dan perluasan
5
Papan ujung balok
Volume tertutup kulit, peniadaan massa, bentuk umum
Street building
6
Transparan
Street building, linear
ke-dwiarti-an
7
Asimetri, bersifat tetap
sifat tembus yang harafiah
cenderung asimetris/simetris
8
penggabungan yang harmonis
Cenderung simetris dan rotasi formal, pencerminan, berkelanjutan
Penampilan / Bentrokan
9

Keselarasan terbungkus, kekuatan yang seimbang

Perbedaan Arsitektur Modern, Late Modern, Dan Post Modern

 

Tradisi Arsitektur Modern


Design arsitektur modern telah mengalami banyak perkembangan sejak pernah dikenalkan oleh Le Corbusier dan Ludwig Mies van der Rohe serta Walter Adolf Gropius. Oleh Charles Jencks dalam bukunya “Modern Movements in Architecture” perkembangan yang terjadi pada design arsitektur modern terbagi dalam Tradisi dan Periode yaitu :
-         Tradisi Idealis
-         Tradisi Sadar Diri
-         Tradisi Intuitif, Tradisi Logikal
-         Tradisi Tidak Sadar Diri
-         Tradisi Aktivis
Namun demikian, gerakan arsitektural tidak seperti perkembangan rumpun hewan yang dapat punah seluruhnya. Gerakan arsitektural tidak dapat punah seluruhnya. Bentuk-bentuk dan gagasan-gagasan yang telah memudar mempunyai peluang untuk senantiasa dibangkitkan kembali; walaupun bentuk dan gagasan-gagasan tersebut kemudian mengalami pembaharuan yang agak berbeda. Selanjutnya, bertolak belakang dengan perkembangan alamiah, arsitek cenderung untuk berpindah-pindah dari suatu rumpun ke rumpun lainnya. Tradisi tersebut yaitu :[1]
Tradisi Idealis;
gagasan umum dari arsitek-arsitek di dalamnya berlandaskan pada idealisme umum, dengan mengajukan berbagai pandangan mengenai kemungkinan bagi perbaikan terhadap tatanan masyarakat. Yang termasuk dalam produk Tradisi ini yaitu Freehold Maisnette, 1922 oleh Le Corbusier.
Selaras dengan perkembangan zaman muncul bermacam-macam teori dan ide-ide baru. Para arsitek dihadapkan pada tantangan, bagaimana agar desain hasil pemikiran mereka dapat dimengerti oleh masyarakat yang heterogen dan macam-macam pola hidupnya. Tradisi idealis memperhatikan pada fungsionalis, ekspresif, simbolis, dan sopan santun berusaha menjawab hal diatas. Tradisi ini adalah inti arsitektur modern, karena sebagian arsitek tergabung tradisi ini. Mereka mendesain bangunan yang selaras dengan lingkungannya.
Arsitek dari tradisi ini berusaha agar bentuk dapat dipahami, dan merupakan kelanjutan dari paham fungsionalisme. Paham fungsionalisme yang kaku, disempurnakan dengan membuat hasil (produk) dapat dikomunikasikan dengan masyarakat dengan tanpa meninggalkan fungsi sesungguhnya. LE CORBUSIER merupakan PIONIR TRADISI IDEALIS Pemecahan masalah sosial merupakan inti atau masalah utama dalam tradisi idealis ini, tidak hanya menganjurkan solusi masalah saja ; tapi mereka juga mengajukan usulan-usulan atau altematif dengan pertimbangan adanya perubahan di masa datang.
Ciri-ciri tradisi idealis:
Sulit untuk merumuskan ciri-cirinya (secarah umum), karena kadang-kadang pada suatu periode jauh berbeda dengan periode lain; maka ciri-ciri ini disusun berdasarkan kejayaan periode yang mempengamhi tradisi ini; antara lain:
1.      Pada periode Heroic
bertitik tolak pada pemecahan masalah social berlandaskan idealisme pribadi arsitek dipengaruhi penemuan-penemuan baru mengenai mesin pendewaan terhadap barang-barang sehari-hari ekspensif fungsionalis
2.      Pada saat dipengaruhi International Style
penggunaan curtain wall dan asesorisnya mulai menggunakan precast slab clean dan simple
3.      Pada saat dipengaruhi Metaphysic School
menempatkan arsitek pada skala kosmis berdasarkan keinginan untuk membuat dunia lebih baik berdasarkan gagasan bahwa bentuk dapat dihasilkan dari bentuk struktur alami, seperti dome, busur Primitif dalam ekspresinnya, pengesposan bahan yang berstruktur kasar (bata, batu, dan lain-lain)
4.      Pada saat dipengaruhi Cybernetic
Dalam memecahkan masalah mencoba memberikan alternatif lain, variant yang timbul dari kemampuan dan keistimewaan mesin otomat mass production, standardisasi pertimbangan dari segi ekonomi, sosiologi, dan teori Darwin.
5.      Pada saat dipengaruhi Semiologi
Berusaha berkomunikasi/menangkap keinginan masyarakat membuat lingkungan menjadi sesuatu yang bisa dikenal mendamaikan aliran-aliran yang bertentangan setiap unsur dan elemen bangunan berperan tanpa lepas dari kesatuan.

Tradisi Sadar Diri;
berkaitan dengan kaum Idealis menuju usa ekstrim yang tidak setiap saat terjadi di dalam lingkungan, ,engutamakan usa menuju kesadaran diri yang tinggi. Selalu menunjukkan pemerhatian pada aksi-aksinya yang juga merupakan pencerminan kelumpuhan dirinya. Dalam tradisi ini terdapat dua arah umum, yaitu :
-          pengambilan model arsitektur lampau yang memuat beberapa prinsip tatanan umum atau yang menjadi bahan pemikiran pada masa lampau.
-          perancangan bangunan-bangunan yang dikembangkan dari gagasan yang diperoleh dari pengetahuan akan keabadian bumi.
Auguste Perret misalnya, percaya bahwa sifat-sifat umum dari arsitektur Klasik dengan prinsip kolom dan ’entablature’nya yang pernah berkembang pada ribuan tahun lampau dipergunakan kembali di dalam arsitektur ’Third Reich’ yang muncul pada masa belakangan.

Tradisi Intuitif;
perwujudan kerjasama serikat kerja seniwan tanpa perbedaan kelas, perwujudan kebebasan individual, penghilangan bentuk-bentuk melurus, dan penekanan pemerhatian terhadap kretivitas individual sebagai ukuran tunggal untuk kualitas penilaian.
Pada dasarnya tradisi intuitif selalu meninjau bidang" lain ( Untuk meminjam atau digunakan kembali untuk merubah hal-hal yang ada pada masa kini) Bahasa kekhususan tradisi intuitif-fonnalisme abstrak-mencoba mempertemukan ideologi-kreatifitas-dan pendapat umum.

Tradisi Logikal;
menekankan pemerhatiannya pada kegunaan (’meritocracy’), sistem manajemen (’managerialism’), dan teknologi (’technocracy’).
Karakteristik kelompok Logis:
1.      Manfaatkan teknologi-teknologi diatas segalanya
2.      Memegang ideologi seorang ahli teknik (engineer)
3.      Fungsionalis dan mengembangkan pendekatan kepada hukum-hukum alam
4.      Mengandalkan sistem managemen Permasalahan dipecahkan dengan metode perencanaan yang sistematis Christopher Alexander mengenalkan suatu metode parametrik (suatu masalah dianalisa menjadi parameter-parameter yang jumlahnya ribuan-jutaan --- lalu diorganisasi)
5.      Menerapkan disiplin-disiplin ilmu dan penalaran (statistik, giometris, sistematik, statika, dll)
6.      Ada keinginan untuk memulai menata lingkungan baru
PRAGMATIS --- IDEAL --- UTOPIAN --- FUTURISTIK

Tradisi Tidak Sadar Diri
Berkaitan dengan dua arah umum yaitu:
-          Pencarian wujud arsitektur baru yang merupakan suatu ungkapan sederhana dan berada di luar dari kesadaran akan persyaratan-persyaratan masa kini. Wujud tersebut digali dari wujud-wujud kedaerahan.
-          Upaya pelaksanaan prafabrikasi secara besar-besaran untuk unit-unit perumahan yang berskala besar.

Tradisi Aktivis
Cenderung mengakui bahwa sebagian besar dari permasalahan lingkungan akan berasal dari keadaan masyarakat dan arsitek-arsitek ini berusaha untuk mengubah bentuk masyarakat tersebut. Arsitek di dalam tradisi aktivis lebih mengkonsentrasikan dirinya pada makna-makna sosial perantara perubahan serta kekuatan moral dan kelemahan di dalam mempertimbangkan segi kegunaan.
Tradisi Aktivis mempunyai hubungan dengan tradisi intuitif dalam perkembangan pemikirannya, dimana kelompok intuitif pemikirannya berkembang bebas menjadi anarkis dan tidak selalu ada komunikasi dengan masyarakat saat itu. Sedangkan tradisi aktifis pemikirannya jauh ke depan dan selalu dihubungkan dengan masyarakat pada saat itu.


[1] F. Christian. J. Arsitektur Modern ‘Tradisi-Tradisi dan aliran-aliran serta peranan politik-politik’,1993.

Rabu, 27 Juli 2011

Perkembangan Arsitektur Modern di Indonesia

Sejak awal tahun 1960-an, literatur barat mulai masuk ke dunia pendidikan arsitektur di Indonesia. Karya-karya dan pemikiran-pemikiran para arsitek terkemuka seperti Walter Gropius, Frank Llyod Wright, dan Le Corbusier menjadi referensi normatif dalam diskusi di kelas dan latihan di studio, sehingga karakter pendidikannya menjadi lebih akademis. Iklim politik pada saat itu sangat berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap teori dan konsep arsitektur modern, karena pada masa ”Demokrasi Terpimpin” (1957-1965) di bawah Presiden Sukarno, ”modernitas” diberikan oleh kepentingan simbolis yang merujuk pada persatuan dan kekuatan nasional.

Di Indonesia, gaya modern yang diterapkan terkadang masih memiliki unsur-unsur estetika yang diusung dari gaya klasik ataupun etnik, sedangkan sebagian lagi telah memenuhi kaidah desain modern murni. Masih sering didengar istilah arsitektur klasik modern, arsitektur modern etnik, arsitektur tradisional modern, arsitektur bali modern, dan sebagainya. Di Indonesia, terdapat kecenderungan untuk memasukkan unsur tradisi ornamen yang menjadikannya sebuah kategori arsitektur yang ambigu, apakah modern, ataukah postmodern?[1]

Untuk menyebut gaya modern yang berornamen tersebut sebagai gaya modern murni bukanlah hal yang tepat, lagipula proses berkembang gaya ini tidak terjadi di Indonesia. Untuk menyebutnya sebagai gaya postmodern, apalagi, di Indonesia bahkan istilah ini cenderung dihindari untuk menghindari ketidak-fahaman masyarakat. Sehingga gaya arsitektur modern di Indonesia akan muncul sebagai gaya khas "Modern Indonesia" dengan karakter sebagai berikut:[2]
  1. Memiliki perhatian yang besar terhadap fungsi ruang, yang didapatkan dari pola aktivitas penghuni.
  2. Memiliki perhatian yang besar terhadap material bangunan yang digunakan untuk mendapatkan hasil akhir (estetika) yang diinginkan.
  3. Memiliki analogi mesin dalam penataan dan pengembangan ruang-ruang.
  4. Menghindari ornamen (bila murni gaya modern), atau menggunakan ornamen (bila postmodern, atau diberi embel-embel semacam: arsitektur modern etnik, arsitektur modern Bali, dan sebagainya).
  5. Penyederhanaan bentuk dan ornamentasi dan penghilangan detail yang 'tidak diperlukan' sejauh keinginan desainer (atau pemilik bangunan).


[1] M. Probo H, http://www.astudio.id.or.id/artkhus94modernindonesia.htm
[2] M. Probo H, http://www.astudio.id.or.id/artkhus94modernindonesia.htm